small but nice, simple but memorable

Selasa, 23 April 2013

monolog untuk mas

Akhirnya bisa melihat kamu lagi, setelah sekian lama kita tidak berjumpa dan aku hanya mendengar cerita kesibukanmu yang melamar kerja kesana kemari. Kita berpapasan di parkiran motor kampus, kamu dengan kemeja biru muda dan celana bahan hitam tampak sangat rapi ditambah dengan gaya rambutmu yang klimis. Tampilan seperti itu tidak layak untuk hanya sekedar kekampus menurutku. Tapi yang penting aku bisa bertemu denganmu.

Hari ini kampus begitu sepi, karena angkatan bawah sedang melakukan studi keluar kota sehingga hanya mahasiswa angkatan atas yang berkepentingan saja yang datang kekampus. Seperti biasa aku selalu memulai aktifitas di dalam suatu ruang yang disebut ruang bem. Ternyata di dalam ruang tersebut sudah ada dua orang temanku yang melakukan aktifitas lain. Buat kami, melamun pun disebut sebuah aktifitas.

Kemudian kamu datang, seperti biasanya kamu yang sangat begitu sanguinis selalu membuat pecah ruang bem saat itu. Kamu dengan ketiga temanmu membicarakan semua hal. Aku yang Cuma berperan sebagai pendengar ya Cuma bisa mendengar, karena untuk bisa mengerti percakapan kalian aku harus banyak tanya. Dan tumbennya aku sedang tidak ingin banyak tanya saat itu. Aku Cuma menikmati apa yang sedang aku lihat, aku dengar, dan aku tebak. Kalau sudah begini kangenku jadi sedikit mereda.

Jadi yang aku sebut kamu adalah seseorang yang telah lama sekedar aku kenal, tapi entah ada alasan apa, aku jadi begitu antusias untuk lebih dalam mengenalnya. Mungkin karena dia pernah memberiku buku, mentraktir sikat gigi, mengejekku yang seperti bukan perempuan, atau malah karena dia pernah bilang tidak suka aku karena aku playgirl, entahlah.

Buku yang pernah ia berikan itu berjudul “aku lupa jika aku perempuan” dari judulnya saja ia seperti ingin memberiku peringatan supaya aku ingat genderku. Padahal sebelumnya kami bicara sampai pagi mengenai masalah ini, dan asal kamu tahu, aku masih ingat kok dengan kodratku. Aku pun punya cita-cita yang lebih feminim dari tingkahmu. Aku ingat saat kamu bilang kalau aku tidak bisa jalan selayaknya perempuan, bahkan menurutmu sikap jalanku labih gagah dari laki-laki. Aku Cuma bisa tertawa, mungkin aku harus meluruskan masalah ini dengan mengikuti tes kepribadian suatu saat nanti. Kamu mengkritikku selalu, tapi aku anggap itu sebuah perhatian walau kesannya malah jadi mengejek. Ah dasar kamu!

Disaat semua kembali sunyi. Kamu yang selalu menyapaku tengah malam, saat semua orang terlelap tidur dan kamu malah susah tidur. Aku tau kamu merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mengidap insomnia, jadi aktifitasmu kamu lakukan malam hari. Tapi anehnya aku selalu welcome untuk terus menemanimu, walau kadang-kadang aku yang selalu ditinggalkan kamu tidur ataupun sebaliknya. Biasanya saat-saat seperti ini kita mendiskusikan berbagai hal. Dari sini aku mengenalmu. Menurutku disaat seseorang mulai mengajak untuk berdiskusi artinya ada suatu keingintahuan dari respon si lawan bicara. Bisa saja kamu sedang menilai aku. Dan saat terjadi dialog diantara kita, kita bisa saling mengenal karakter satu sama lain lewat argumen yang kita utarakan. Bukan begitu? Aku kira sudah banyak dialog yang kita lewati setiap episodenya. Aku dan kamu, dialog dan respon.

Lalu mengapa kita jadi bisa melakukan semua yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya? Apa ini karena waktu dan kesempatan yang ada? Seperti kebersamaan kita yang terlampau lama saat sedang diposisikan sebagai observer? Menurutku iya.

Aku dan kamu dilibatkan dalam sebuah pekerjaan dan memakan waktu lama. Meskipun masing-masing dari kita dipisahkan selama bertugas namun selalu ada waktu bersama. Kalau kamu masih ingat, mungkin saat karantina pertama yang tujuannya membuat rencana harian pengamatan. Dua hari kita berada dalam satu atap, aku melihat cara kamu bekerja, makan, berbicara, bercanda, tertawa, dan mengungkapkan pendapat. Kemudian saat keberangkatan menuju kalimantan timur. Aku ingat saat kamu memulai pembicaraan mengenai laki-laki dan perempuan dalam mengutarakan perasaan. Saat itu kita didalam mobil dan menunggu koordinasi dari koordinator kita di makorem samarinda. Kebetulan kita berada pada tim dengan kabupaten yang sama, jadi mau tidak mau harus terus berkoordinasi. Tiga hari di samarinda membuat penambahan waktu untuk mengetahui karaktermu lagi. Kita terpisah sekitar 6 hari, tapi kamu menyusul ke tempat aku bertugas, di sebatik. Dua hari di sebatik menambah tabungan waktu untuk mengenalmu lagi. Kemudian kami menuju nunukan bersama-sama. Dua hari di nunukan menambah lagi daftar waktu. Dan masih adalagi waktu hingga saat ini untuk terus bisa mengenalmu. Mengenalmu sebagai teman kerja, teman cerita, kakak senior, atau heeemmm...

Kali ini aku ingin membatasi hati terlebih dahulu, aku mungkin bisa saja jatuh hati suatu saat nanti tapi ada beribu-ribu alasan yang membuat aku harus berpikir panjang untuk menjalaninya. Lagipula akupun tidak bisa membaca apa yang ada didalam otakmu. Aku tidak ingin menerka. Menerka hanya akan membuat penyakit hati. Jadi aku akan berjalan saja, mengikuti ruas jalan yang ada. menuju jalan yang tidak tau dimana ujungnya.

Oh iya kamu ulang tahun hari ini.
Selamat ulang tahun M.A.S
Semoga hari yang spesial ini bisa menspesialkan orang yang spesial :)

0 comments:

Posting Komentar

© vanilla essens, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena