small but nice, simple but memorable

Senin, 03 Desember 2012

sekedar obat


kamu dimana?

Aku mengirim pesan singkat kepada kedua teman yang padahal saat itu aku sedang bersama seorang teman. Bukannya aku tidak suka bersama temanku tapi aku merasa tidak enak karena sudah terlalu lama berada dirumahnya dan bila aku terus menerus dirumahnya aku selalu diberi perlakuan spesial jadi aku sering tidak enak sendiri, tidak ingin merasa merepotkan tepatnya.
Saat itu aku masih berada di meja makan, bercengkrama dengan kedua orang tua temanku, aku selalu suka dengan keluarga ini. Sangat ramah dan begitu hangat. Betapa bahagianya temanku memilki keluarga seperti ini. Aku menengok handphone-ku lagi.

Kenapa sayaang?
Huft , dasar kamu selalu saja begitu.
Lagi dimana kamu?
Main yuk kemana gitu
Aku sedang engga bisa gerak nih, mending kamu kerumah aku saja bawakan aku obat migran.
Kamu kenapa? Oke aku akan segera kesana membawakanmu obat. Kamu makan dulu ya supaya nanti jika aku sampai kamu bisa langsung minum obat dan istirahat.

Mendengar kabar temanku yang seperti itu aku merasa panik, akhirnya temanku mengantarkan aku ke apotik untuk membeli obat migran tersebut, dan aku segera bergegas kerumah temanku yang sedang mengaku sakit.

Aku sudah tidak apa-apa, sebaiknya kamu pulang saja.
Kamu yakin dengan keadaanmu, aku sebentar lagi sampai rumahmu.
Sudahlah lebih baik kamu pulang. Aku sudah lebih baik.
Iya aku akan pulang setelah aku antarkan obat ini. Ini sudah malam dan aku sudah harus pulang. Aku tidak akan lama-lama di rumahmu.

Akhirnya tiba aku dirumahnya, bertemu dengan salah seorang temannya yang aku kenal. Aku memang Cuma akan menitipkan obat itu untuknya dan segera pulang.

Selama perjalanan pulang kerumah aku berpikir, mungkin kamu merasa enggan untuk menyambut kedatanganku, atau kamu mungkin merasa asing atas perlakuanku seperti ini. Aku bukan siapa-siapa tapi aku datang membawakan obat itu untukmu. Kita memang baru saja beberapa bulan dekat, walau kamu aku kenal dari 11 tahun lalu yang ternyata baru sekarang aku bisa mengenalmu lebih intim. Entahlah mungkin itu hanya perasaanku. Kini kamu bermetafora menjadi seseorang yang aku anggap seru. Ada banyak hal yang aku bisa pelajari darimu. Itu saja cukup. Kalau aku bilang aku tertarik padamu, ya memang sih. Cuma ya hanya sekedar tertarik. Aku menjaga perasaanku tidak sampai masuk ke fase yang lebih tinggi lagi. Aku belum siap untuk menerima resiko yang harus aku hadapi bila aku benar-benar menaruh hati padamu. hingga lamunanku pecah saat ada telepon berdering. Aku lihat layar handphone dan itu kamu.

Kamu dimana?
Aku sudah dijalan pulang
Kenapa kamu pulang? Kan aku bisa antar kamu nanti, aku sudah baikkan
Obatnya sudah diminumkan? Kamu sedang sakit mana mungkin bisa antar aku. Oh iya obat itu diminum sesudah makan, jadi kamu harus makan dulu sebelum meminumnya.
Sudah aku minum dan aku belum makan. Yasudah aku temani kamu sampai kamu tiba dirumah. Jangan tutup teleponnya.
Tidak perlu, buang-buang pulsa saja. Sudah ya aku lagi dijalan.

Lalu aku tutup teleponnya.



Read More

Minggu, 02 Desember 2012

november


Kenapa waktu berjalan begitu cepat, tak terasa november telah meninggalkan jatahnya di tahun ini. Selama aku berada diruangmu banyak hal yang membuat aku belajar banyak hal. Saat aku bermain di tamanmu, aku mengalami ritme hidup yang fluktuatif. Aku merasakan warna melebihi warna pelangi. Aku menjalani rasa melebihi air di muka bumi. Sukar diprediksi.

Aku merasa ini bukan taman yang biasa, begitu banyak mainan yang harus aku pilih. Aku memilih ayunan kayu jati, tapi ternyata setelah kunaiki tinggi-tinggi aku jatuh terguling menuju perosotan spiral yang aku tak tahu dimana akan bertepi. Hingga sampai pada kolam pasir yang sangat mungil, aku membangun istana bermenara namun tertabrak bocah yang sedang berlari. Istanaku runtuh. Aku berlari menuju jungkat jungkit, walau aku tau, aku akan bemain tanpa pasangan dan akan selalu berada dibawah. Lalu aku memejaman mata hingga seseorang datang dan kami bermain bersama. Jungkat-jungkit itu bergerak, aku kesenangan. Aku tertawa hingga aku melayang menuju awan, bersentuhan dengan pelangi, Menelusuri lekukan jalurnya hingga aku tersadar dan aku tersandung lagi.
Read More

© vanilla essens, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena