vanilla essens

small but nice, simple but memorable

Selasa, 24 September 2013

salah

untuk mencapai kesempurnaan memang perlu banyak kesaahan yang harus dilalui.

banyak orang yang mencoba untuk menjadi sempurna dengan melalui berbagai macam tahap. salah satunya kesalahan. aku menganggap kesalahan itu merupakan bagian dari kesempurnaan. hingga ada suatu hal yang bisa dibilang maha dari kesalahan itu. getir! cuma aku sendiri yang bisa merasakan. berbuat salah itu rasanya lebih pahit. bahkan saat kamu melihat ada makanan enak didepanmu rasa lapar yang selama ini kamu elu-elu bisa musnah karena kamu tahu kamu sedang dalam kondisi salah.
adakah penebusan dosa?

sudah bukan waktunya lagi aku bertanya kenapa aku melakukan itu, penyesalan memang sudah kodratnya yang selalu datang terlambat. kata ibuku kelemahanku mudah kasihan. kata temanku aku mudah mempengaruhi orang tapi mudah juga untuk dipengaruhi. kini aku sedang berada dalam kondisi terpatil. iya aku salah.
kini penjara mana yang telah disiapkan untuk menahanku?

terjebak dalam kesempurnaan itu merupakan kesalahan. sesungguhnya yang sempurna itu belum tentu sempurna. sempurna itu omong kosong.

 

Read More

Rabu, 31 Juli 2013

Kupu-kupu di perut


Aku sedang tidak sedang jatuh cinta tapi kenapa aku merasakan ada kupu-kupu yang mengeliat geliat di perutku?
Aku robek kulit luarnya. Mungkin aku bisa ambil sesuatu yang sedang salah pada diriku. Aku robek pelan pelan ternyata ada kupu-kupu hitam disana. Mereka banyak. Ternyata hal ini yang membuat perutku jadi buncit begini. Kupu-kupunya banyak. Ada banyak tulisan di sayapnya. Aku bisa baca tulisannya walau letaknya ditempat yang kelam. Aku pikir itu sebuah mantra. Jadi aku sedang di mantrai mereka. Aku kerasukan. Mulai beringas. Mulai menuntut. Dan kini musuhku banyak. Mereka bilang aku munafik. Perempuan munafik yang malang. Yang perutnya penuh kedengkian. Mencoba melawan diskriminasi tapi tak ada yang peduli. Mencoba mengadu tapi cuma ditinggal tidur. Padahal ada tapi selalu dianggap tidak ada. Pintanya cuma sederhana. Hanya ingin dianggap sama. Mungkin letih karena selalu jadi bayang bayang. Bosan selalu kalah. Lelah karena jauh.
Lalu kutengok lagi perutku. Ah kupu-kupunya berkembang biak. Kini perutku dipenuhi kupu-kupu kelam. Aku hanya akan menunggu sebagian dari diriku meledak saja. Mungkin sebentar lagi.
Read More

Minggu, 21 Juli 2013

senandung maaf


Aku pernah bilang kalau sesuatu yang hanya muncul sepintas sepintas sangat berbahaya. Seperti ada magis yang memberi isyarat kalau hal ini harus kamu selesaikan atau dibiarkan terus berantakan. Apa adanya. Dan kamu tetap menikmati rasa.

Aku memang sedang menyusun tugas akhir perkuliahanku. Memang semua yang aku jalani selama proses penyusunan tidaklah mudah. Banyak hal yang terpaksa aku jalani. Dari hal yang aku suka dan tidak suka. Seperti biasanya aku datang kekampus, melakukan bimbingan, revisi ini itu, dan aku mulai muak. Hal yang terlihat tidak pantas memang harus diperbaiki namun lagi-lagi itu tidak pantas menurut dosen. Baiklah aku berusaha menjalani semua dengan suka cita. Hingga suatu ketika waktu itu datang. Aku diberi kesempatan oleh Tuhan untuk dapat menjalani sidang akhir dan menurut dosen, skripsi ini sudah layak untuk diujikan. Tanda tangan dari dosen pembimbing dan ketua jurusan juga dengan mudah aku dapat.  Aku mulai menyusun pemberkasan. Mengumpulkan semua tetekbengek arsip semasa perkuliahan mulai dari KRS dan KHS. Kali ini keadaan lagi-lagi mengujiku, ada salah satu nilai yang tidak keluar pada transkrip nilaiku. Aku berusaha biasa saja dan mengadukan semua permasalahan ini ke bagian akademik. Untungnya akademik mengatakan bahwa ini bukan kesalahanku tetapi kesalahan sistem. Dengan proses yang cukup panjang aku mengurusi nilai itu. Kalau dipikir-pikir nilai yang aku urus ini tidak sebanding dengan keringat yang harus aku keluarkan. Tapi ini peraturan dan harus dipatuhi. Aku mengadukan hal ini kepada ketua jurusan, aku meminta kompensasi akan hal ini. tapi nyatanya aku belum boleh daftar sidang dalam waktu dekat. Aku harus menunggu semua permasalahan nilaiku selesai dan aku baru diizinkan untuk mendaftar sidang.

Tuhan ada apa lagi ini? mengapa Perjalanan menuju ‘kata aku bisa sidang’ begitu bergerigi?

Setahun lamanya aku menyusun skripsiku. Seharusnya memang ini merupakan prioritasku tapi karena aku terlalu sanguinis maka banyak waktu yang aku tunda, aku lebih memilih aktifitas lain yang lebih tidak membosankan dibanding hanya duduk seharian diperpustakaan dan mengetik berlembar-lembar halaman di depan laptop.

Kala itu aku kembali kekampus, berharap waktu bersikap baik kepadaku. Seperti biasa untuk mengisi dua jam kebosanan di bus kota, aku mendengarkan musik dan membaca buku. Hingga aku melamun kepada satu lagu yang mendorongku pada satu pemikiran, “mungkin karena ada orang yang belum sepenuhnya ikhlas”.

Aku memang bukan orang baik, tapi aku ingin semua orang memandang aku baik. aku memang sering membuat salah tapi aku tidak ingin dianggap salah. Itulah pemikiran egois semua orang termasuk aku. Akhrinya aku sadarkalau aku bukan sepenuhnya orang baik. tanpa sadar aku mungkin pernah berbuat salah kepada orang lain. mungkin ada orang yang belum memaafkanku.

Sepulang perjalanan aku memulai aksiku. Aku ingat ada satu orang yang mungkin merasa paling aku sakiti. Walau kejadian ini teramat silam namum ada suatu kekuatan yang mendorongku untuk meminta maaf kepadanya. Dengan begitu jantannya aku mengirimkan pesan singkat untuk memastikan bahwa nomor yang masih tersimpan di telepon genggamku ini masih jadi miliknya. Aku mengajaknya bertemu, tanpa memberi tahu tujuan utamaku ingin menemuinya. Aku tahu kini  ia sedang sibuk dengan rutinitas orang dewasa, makanya aku tidak ingin menentukan waktu untuk bisa menemuinya. Aku memintanya mengabariku jika ia punya waktu luang untuk menemuiku. Kini aku sedang menunggu kabar, kabar bahwa ia ingin menemui. Walau aku tahu, kabar tersebut belum tentu sampai kepadaku.

Tuhan, aku ingin menyelesaikan. Adakah kesempatan?



Read More

Selasa, 30 April 2013

dialog senja hari


suatu hari kami membicarakan mengenai titik.


X : "kita tuh yah, engga pernah jahat-jahat banget sama makhluk yang bernama laki-laki, tetapi kenapa mereka selalu menjadikan kita bonekanya, dan bodohnya kita suka, suka untuk dipermainkan, suka untuk ditipu daya. sudah berulang kali aku membuat titik untuk sebuah hubungan yang tidak tau apa namanya ini. kami tahu kami menjalin hubungan, hanya saja tidak ada suatu kepastian yang menjelaskan apa hubungan yang kami jalin ini. bayangkan saja, disaat aku lelah dan ingin menitiki ini semua, lelaki berengsek itu selalu mencoret titik yang ku buat hingga berubahlah menjadi koma, selalu seperti itu, dan terjadi berulang kali. bagaimana aku bisa lepas dari belenggu ini?" 

Y : "aku pikir bukan salah dari sang lelaki, wanita memang terkadang bodoh. mereka menampik semua pria yang telah santun kepadanya, dan lebih memilik dengan pria yang senang mempermainkannya. aku pikir sikap beda dari pria tersebut yang membaut kita menjadi lebih penasaran dan ingin menelisik lebih dalam hingga kebagian paling dalam dari si pria. kita dan pria yang cenderung kita pilih yang memiliki predikat player itu punya sisi dan berasal dari lingkungan yang berbeda, tidak menutup kemungkinan kan kalau kita sama-sama penasaran dengan lingkungan dan sisi yang masing-masing dari kita miliki? kalau semua rasa penasaran kita belum terpenuhi bagaimana kita bisa menyatakan dengan tegas bila kita ingin membuat titik?"

Z : "memang perempuan terkadang tidak tegas dengan segala keputusan yang telah ia buat, sudah menjadi kodrat lelaki player untuk mengtidak-konsistenkan apa yang kadang sudah kita pikirkan matang-matang, bahkan sampai tidak bisa tidur berhari-hari. dan ketidak-konsistenan perempuan itu ada karena belum adanya laki-laki selain player itu yang membuat dirinya nyaman. kenyamanan muncul tanpa pandang status lelaki itu player atau tidak kan? mereka player, tetapi mereka selalu ada saat kita butuhkan. lalu kalau begini perkara dia player atau bukan sudah tidak dipikirkan lagi."

Y : "baiklah mari sama-sama tegas, tegas dengan perasaan masing-masing."

X : "aku ingin membuat titik, aku lelah dengan semua yang ada, semua yang aku rasa. apalagi setelah aku tahu ia tidak benar-benar suka padaku, aku sudah di ultimatum. harusnya aku sudah sadar dan menitik sejak dulu."

Z : "sudahlah jangan kau umbar kepada kami sikap kau yang selalu ingin menitik. kamu pun selalu begitu. titik yang kamu buat masih titik-titik belum menjadi titik."

Y : "sebenarnya lisan hanya bisa beraksara, selebihnya hati yang lebih berkuasa. ingat ya kita perempuan. terkadang lisan kita dikendalikan oleh otak yang gengsi, bukan hati yang jujur. coba biarkan saja hatimu bekerja, ia tau kapan harus menitik."

tidak ada yang bisa mengisi titik-titik yang menjadi sebuah kekosongan pada suatu kalimat jika belum menemukan kata yang benar-benar layak untuk menyempurnakan kalimat. disaat satu kata telah apik membuat kaliamat itu sempurna, bukan berarti kalimat itu dapat terangkai menjadi suatu paragraf utuh, bahkan cerita.

cerita kita belum berakhir, aku memberi titik, lalu kamu menmbahnya satu titik, lalu apa yang harus kita isi untuk dapat melengkapi titik-titik ini?
apakah tidak semua cerita berakhir dengan titik?


Read More

Selasa, 23 April 2013

monolog untuk mas

Akhirnya bisa melihat kamu lagi, setelah sekian lama kita tidak berjumpa dan aku hanya mendengar cerita kesibukanmu yang melamar kerja kesana kemari. Kita berpapasan di parkiran motor kampus, kamu dengan kemeja biru muda dan celana bahan hitam tampak sangat rapi ditambah dengan gaya rambutmu yang klimis. Tampilan seperti itu tidak layak untuk hanya sekedar kekampus menurutku. Tapi yang penting aku bisa bertemu denganmu.

Hari ini kampus begitu sepi, karena angkatan bawah sedang melakukan studi keluar kota sehingga hanya mahasiswa angkatan atas yang berkepentingan saja yang datang kekampus. Seperti biasa aku selalu memulai aktifitas di dalam suatu ruang yang disebut ruang bem. Ternyata di dalam ruang tersebut sudah ada dua orang temanku yang melakukan aktifitas lain. Buat kami, melamun pun disebut sebuah aktifitas.

Kemudian kamu datang, seperti biasanya kamu yang sangat begitu sanguinis selalu membuat pecah ruang bem saat itu. Kamu dengan ketiga temanmu membicarakan semua hal. Aku yang Cuma berperan sebagai pendengar ya Cuma bisa mendengar, karena untuk bisa mengerti percakapan kalian aku harus banyak tanya. Dan tumbennya aku sedang tidak ingin banyak tanya saat itu. Aku Cuma menikmati apa yang sedang aku lihat, aku dengar, dan aku tebak. Kalau sudah begini kangenku jadi sedikit mereda.

Jadi yang aku sebut kamu adalah seseorang yang telah lama sekedar aku kenal, tapi entah ada alasan apa, aku jadi begitu antusias untuk lebih dalam mengenalnya. Mungkin karena dia pernah memberiku buku, mentraktir sikat gigi, mengejekku yang seperti bukan perempuan, atau malah karena dia pernah bilang tidak suka aku karena aku playgirl, entahlah.

Buku yang pernah ia berikan itu berjudul “aku lupa jika aku perempuan” dari judulnya saja ia seperti ingin memberiku peringatan supaya aku ingat genderku. Padahal sebelumnya kami bicara sampai pagi mengenai masalah ini, dan asal kamu tahu, aku masih ingat kok dengan kodratku. Aku pun punya cita-cita yang lebih feminim dari tingkahmu. Aku ingat saat kamu bilang kalau aku tidak bisa jalan selayaknya perempuan, bahkan menurutmu sikap jalanku labih gagah dari laki-laki. Aku Cuma bisa tertawa, mungkin aku harus meluruskan masalah ini dengan mengikuti tes kepribadian suatu saat nanti. Kamu mengkritikku selalu, tapi aku anggap itu sebuah perhatian walau kesannya malah jadi mengejek. Ah dasar kamu!

Disaat semua kembali sunyi. Kamu yang selalu menyapaku tengah malam, saat semua orang terlelap tidur dan kamu malah susah tidur. Aku tau kamu merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mengidap insomnia, jadi aktifitasmu kamu lakukan malam hari. Tapi anehnya aku selalu welcome untuk terus menemanimu, walau kadang-kadang aku yang selalu ditinggalkan kamu tidur ataupun sebaliknya. Biasanya saat-saat seperti ini kita mendiskusikan berbagai hal. Dari sini aku mengenalmu. Menurutku disaat seseorang mulai mengajak untuk berdiskusi artinya ada suatu keingintahuan dari respon si lawan bicara. Bisa saja kamu sedang menilai aku. Dan saat terjadi dialog diantara kita, kita bisa saling mengenal karakter satu sama lain lewat argumen yang kita utarakan. Bukan begitu? Aku kira sudah banyak dialog yang kita lewati setiap episodenya. Aku dan kamu, dialog dan respon.

Lalu mengapa kita jadi bisa melakukan semua yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya? Apa ini karena waktu dan kesempatan yang ada? Seperti kebersamaan kita yang terlampau lama saat sedang diposisikan sebagai observer? Menurutku iya.

Aku dan kamu dilibatkan dalam sebuah pekerjaan dan memakan waktu lama. Meskipun masing-masing dari kita dipisahkan selama bertugas namun selalu ada waktu bersama. Kalau kamu masih ingat, mungkin saat karantina pertama yang tujuannya membuat rencana harian pengamatan. Dua hari kita berada dalam satu atap, aku melihat cara kamu bekerja, makan, berbicara, bercanda, tertawa, dan mengungkapkan pendapat. Kemudian saat keberangkatan menuju kalimantan timur. Aku ingat saat kamu memulai pembicaraan mengenai laki-laki dan perempuan dalam mengutarakan perasaan. Saat itu kita didalam mobil dan menunggu koordinasi dari koordinator kita di makorem samarinda. Kebetulan kita berada pada tim dengan kabupaten yang sama, jadi mau tidak mau harus terus berkoordinasi. Tiga hari di samarinda membuat penambahan waktu untuk mengetahui karaktermu lagi. Kita terpisah sekitar 6 hari, tapi kamu menyusul ke tempat aku bertugas, di sebatik. Dua hari di sebatik menambah tabungan waktu untuk mengenalmu lagi. Kemudian kami menuju nunukan bersama-sama. Dua hari di nunukan menambah lagi daftar waktu. Dan masih adalagi waktu hingga saat ini untuk terus bisa mengenalmu. Mengenalmu sebagai teman kerja, teman cerita, kakak senior, atau heeemmm...

Kali ini aku ingin membatasi hati terlebih dahulu, aku mungkin bisa saja jatuh hati suatu saat nanti tapi ada beribu-ribu alasan yang membuat aku harus berpikir panjang untuk menjalaninya. Lagipula akupun tidak bisa membaca apa yang ada didalam otakmu. Aku tidak ingin menerka. Menerka hanya akan membuat penyakit hati. Jadi aku akan berjalan saja, mengikuti ruas jalan yang ada. menuju jalan yang tidak tau dimana ujungnya.

Oh iya kamu ulang tahun hari ini.
Selamat ulang tahun M.A.S
Semoga hari yang spesial ini bisa menspesialkan orang yang spesial :)
Read More

Senin, 22 April 2013

goa pindul

17 april 2013. hari itu hari rabu, sebelumnya aku membaca personal message temanku yang sedang melakukan singel fighter menuju jogja. saat aku membaca personal message tersebut aku sedang melahab bakmi rebus pak min disisi kota bantul. kebetulan sekali kataku, akhirnya kami melakukan suatu rencana esoknya untuk menuju goa pindul.

goa pindul terletak di wilayah gunung kidul, sudah masuk daerah wonosari. jarak tempuh dari rumah tanteku yang berada di sewon bantul menuju kesana sekitar 1 jam. kami menggunakan kendaraan pribadi sehingga tidak memikirkan ongkos. perjalanan menuju goa pindul sudah baik, jalan sudah diaspal, hanya saja karena daerah ini termasuk pegunungan, maka lika liku tanjakan turunan tidak dapat dielakan.

tiba di goa pindul, disana kami ditawarkan 3 paket perjalanan, yaitu goa pindul dengan tarif Rp 30.000, goa srinti dengan tarif Rp 30.000, dan body rafting menelusuri sungai oyo dengan tarif Rp 45.000. kami memilih paket perjalanan ke goa pindul dengan menyewa kamera berikut fotografernya dengan biaya Rp 80.000. menurut kami biaya tersebut sudah cukup murah karena masing-masing dari kami hanya dikenakan biaya Rp 50.000/orang. biaya perjalanan sudah termasuk dengan pemandu serta pelampung dan ban untuk menelusuri sungai.


perjalanan menuju goa yang akan kita susur sekitar 15 menit dari tempat tiketing. kami mendapat 3 pemandu yang sangat memuaskan. namanya mbah ireng, pak romero, dan mas bambang. mereka baik-baik :)
sebelum menelusur goa, kami diminta untuk berdoa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kemudian kami diperingatkan utuk tidak mengambil benda apapun yang ada di goa dan tidak diperkenankan berbicara yang tidak selayaknya untuk dibicarakan. setelah brifing peraturan dan berdoa, kamu diberi panduan cara menaiki ban untuk menyusuri goa.


goa pindul terdiri dari tiga zona, zona terang, zona remang-remang dan zona gelap gulita. setiap zona terdapat bantukan tenaga eksogen berupa stalagtit dan stalagmit.

saat memasuki zona terang

stalagtit tirai yang terbentuk akibat pembekuan air-air yang menetes

stalagtit terbesar yang ada di zona terang, panjangnya mencapai 10 meter

stalagtit yang mengalami kristalisasi, yang berada di dekat stalagtit tirai
saat kami menelusuri goa ini, kami dilarang memegang stalagtit maupun stalagmit, hal ini dikarenakan dapat menghabat pertumbuhan stalagmit dan stalagtit tersebut. stalagtit dan stalagmit di goa ini tumbuh selama 10 tahun sekali, jika kami sengaja memegang maka akan menghambat pertumbuhan stalagtit dan stalagmit selama 15 tahun.


stalagmit di zona remang-remang

stalagtit termuda yang konon tetesan airnya berkhasiat membuat wajah canti dan awet muda

stalagtit gong, yang bila dipukul bunyinya seperti gong

stalagtit tirai terbesar di goa pindul
ketika kami tiba di goa gelap, tiba-tiba sang pemandu mematikan senter. kemudian kami diminta untuk merenung, meminta terima kasih kepada Tuhan karena kami masih diberi panca indra yang lengkap, karena bila tidak maka penglihatan kami selamanya akan sangat gelap, segelap goa tanpa penerangan ini. hal ini merupakan sisi yang paling aku senangi dan tentunya berkesan. buatku, dapat berdiri tegak dengan keuda kaki dan memiliki semua yang aku punya merupakan suatu nikmat yang tak terkira yang telah diberikan Tuhan kepadaku. dengan semua panca ndra yang aku punya, maka aku bisa menikmati keindahan dari salah satu ciptaan Tuhan, ya salah satunya goa pindul ini. dalam beberapa menit, kamu diminta merenungkan semua kesalahan dan meminta apa yang kelak kami minta. memohon agar semua keinginan yang kami inginkan terkabul. semuanya begitu berkesan ketia berada di zona gelap ini.

setelah mengalami renungan di goa gelap, kami menyusuri goa kembali hingga kami mencapai sisi goa yang begitu sempit, hingga harus satu persatu kami masuk menuju sisi setelahnya. kami tetap bergandengan ban dan melewati sisi sempit dengan hati-hati. oh iya karena goa ini termasuk goa yang kecil, maka batasan pengunjung untuk masuk adalah 20 orang tidak boleh lebih. sehingga bila ramai pengunjung harus sabar mengantri giliran masuk.


aku menyebutnya zona kebebasan, karena pada zona ini kami diperbolehkan untuk melepas ban dan bersuka hati berenang kesana kemari. kemudian kami diperbolehkan melompat dari sebuah batu yang tinggi. lagi dan lagi. aku mengulanginya beberapa kali. sungguh menyenangkan berada pada zona ini. benar-benar merasakan bebas.



dan zona ni merupakan akhir dari penyusuran kami di goa pindul. suatu hari nanti kami akan kembali kesini untuk merasakan dua paket perjalanan yang belum kami telusuri.





Read More

© vanilla essens, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena