small but nice, simple but memorable

Selasa, 13 November 2012

malam menuju hari


Aku kesana ya,
Oke
Tunggu di teras
Iya 

Akhirnya kamu datang, dengan baju batik motif sumatera, kamu mengaku selesai menghadiri undangan seorang teman. Bajumu basah keringat karena dangdutan serta diguyur siraman hujan. Duduk manis dikursi yang biasa kamu duduki, entah kenapa kamu begitu sumringah.

Aku mengamatimu memulai pembicaraan dengan menanyakan kabarmu.
Hujan turun lagi, suaranya mengiringi pembicaraan kita, obrolan mengenai teknologi dan program-program komputer lainnya, hingga berakhir di slide persentase seminar proposal yang akan aku hadapi seminggu lagi. Kamu bilang aku payah karena desain slideku yang standar. Aku Cuma bilang, apalah arti sebuah desain kalau tidak memunculkan isi yang bermakna pada pembahasannya, dan kamu tetap tak mau kalah. Huh dasar kamu keras kepala.

Masih dengan raut muka mengejek kamu menyuruhku membuatkan kopi.  karena memang tujuanmu kesini hanya untuk merasakan kopi gratisan dariku. Aku didihkan air untuk menyeduh kopi instan yang selalu distock ibuku di lemari. Campuran kesal dan pengertian ikut terlarut dalam adukan kopi itu. Selamat menikmati kataku.

Aku yang masih setengah tidak percaya tentang keberadaan kamu disini. Bukannya tidak ingin mengelak hati tapi dengan adanya kamu disini akan menjadi suatu ancaman pada diriku untuk terus menginginkanmu tetap disini, dan betul saja kan, Aku mengganti hari bersama kamu lagi.

Hei, aku tau kamu sedang bahagia
Kenapa begitu?
Jangan anggap aku tidak tau apa-apa
Memang apa yang kamu tau
Kamu berulang tahunkan hari ini, kamu sudah semakin tua, sudah kita telepon layanan delivery sekarang, aku yang traktir.

Kamu meraih telepon genggamku, memainkan jari-jari besarmu untuk menekan tombol angka yang akan membawa suara kita ke toko makanan diseberang sana. Kamu pesan makanan tanpa tau apa yang kamu pesan. 

30 menit kita habisnya dengan hal absurd yang selalu kita lakukan. Melamun, tertawa, diam, serius, bahkan kadang ada perasaan yang dibuat-buat hadir menimbrung. Hingga akhirnya pesanan kita datang. Spicy Chicken burger, Orange Crunch Tiramisu ice cream, Coca cola dan French Fries. 

Pukul setengah dua pagi kala itu. Aku memulai dengan ice cream, kamu memulai dengan burger. Kita makan mengikuti ritme suara perut kita masing-masing. Lalu muncullah keisenganmu. Dengan sekejab mukaku kini sudah dipenuhi ice cream, saus tomat, dan mayones. Lengket rasanya. Kamu bilang ini lucu. Ini memang benar-benar lucu karena harus dengan pasrah dipermalukan begini olehmu. Aku ingin menyakitimu, aku ingin membuatmu terlihat bodoh hari ini, ini hari istimewamu, kamu bilang begitu sambil terus mengoleskan semua itu di wajahku. Mukaku cemberut tapi hatiku merona.

Terima kasih
Untuk apa?
Hari ini

kamu memeluk
Pukul setengah tiga pagi, kamu akhirnya pulang.

Read More

Sabtu, 10 November 2012

kamu, cangkir, dan kopi


Menyalakan api kompor dan segera merebus sepanci kecil air, berharap cepat matang dan ingin segera kutuang ke dalam cangkir. Aku membuat kopi, yang sedikit kuberi cokelat bubuk agar rasanya tidak pekat.
Ini kopi yang biasa aku buat untukmu, karena katamu, kamu tidak suka kopi original yang hitam pekat dan pahit rasanya. Aku menggunakan cangkir yang biasa kugunakan untuk menghidangkan kopi untukmu, aku berharap masih ada sisa sisa bibirmu yang menempel disitu. Kuhirup aroma campuran cokelat dan kopi yang melayang bersama kepulan asapnya yang terbang, Kutempelkan pinggir cangkirmu ke bibirku, kukecup sambil memejamkan mata.
Huft!! apa ini yang kamu rasakan saat menikmati kopi di cangkir ini? Apa ini yang kamu rasakan saat meminum kopi buatanku?
Aku merasakan wangimu, aku merasakan kecupmu
Aku tenang
Rinduku terhapus



Read More

© vanilla essens, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena