small but nice, simple but memorable

Minggu, 12 Desember 2010

Sebuah epilog



Dan perempuan pun menatap langit.
Merindukan bulan.
Di sampingnya matahari menggenggam jemarinya.
Memeluknya dengan sinar hangat yang menentramkan hati.
Tetapi entah mengapa ia masih menatap langit.
Berharap bulan akan muncul lagi.
Dia tidak ingin sapaan. Hanya ingin melihatnya.
Walaupun Dia tahu tidak mungkin lagi memeluk bulan.
Tidak mungkin lagi menggenggam jemarinya.
Matahari menatapnya, bertanya tanya mengapa ia masih saja menatap langit yang kemilau.
Perempuan itu tersenyum, menggelengkan kepalanya.
“Hanya menatap ” katanya. “ indah”
Dia berbohong, tidak ingin melukai matahari.
Tersenyum, perempuan itu membalas pelukan matahari.
Menyandarkan kepalanya, merasakan degupan jantung yang menenangkan.
Matanya terpejam sesaat, dan kembali menatap langit, diam-diam.
Menunggu bulan……….



.:gincumerah



0 comments:

Posting Komentar

© vanilla essens, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena