small but nice, simple but memorable

Rabu, 31 Juli 2013

Kupu-kupu di perut


Aku sedang tidak sedang jatuh cinta tapi kenapa aku merasakan ada kupu-kupu yang mengeliat geliat di perutku?
Aku robek kulit luarnya. Mungkin aku bisa ambil sesuatu yang sedang salah pada diriku. Aku robek pelan pelan ternyata ada kupu-kupu hitam disana. Mereka banyak. Ternyata hal ini yang membuat perutku jadi buncit begini. Kupu-kupunya banyak. Ada banyak tulisan di sayapnya. Aku bisa baca tulisannya walau letaknya ditempat yang kelam. Aku pikir itu sebuah mantra. Jadi aku sedang di mantrai mereka. Aku kerasukan. Mulai beringas. Mulai menuntut. Dan kini musuhku banyak. Mereka bilang aku munafik. Perempuan munafik yang malang. Yang perutnya penuh kedengkian. Mencoba melawan diskriminasi tapi tak ada yang peduli. Mencoba mengadu tapi cuma ditinggal tidur. Padahal ada tapi selalu dianggap tidak ada. Pintanya cuma sederhana. Hanya ingin dianggap sama. Mungkin letih karena selalu jadi bayang bayang. Bosan selalu kalah. Lelah karena jauh.
Lalu kutengok lagi perutku. Ah kupu-kupunya berkembang biak. Kini perutku dipenuhi kupu-kupu kelam. Aku hanya akan menunggu sebagian dari diriku meledak saja. Mungkin sebentar lagi.

0 comments:

Posting Komentar

© vanilla essens, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena