Menggaruk-garuk kepala, ah
rasanya ingin aku cabut saja semua rambut yang tumbuh dikepalaku hingga
sepunggung ini. Bagaimana tidak, lagi-lagi aku membuat ketidak-telitian.
Kehilangan itu memang
menyakitkan, rasanya seperti menerima sebuah penyakit secara tiba-tiba. Terus
menerus hingga akhirnya terbiasa.
Aku akui aku mengalami kehilangan
lagi. Sudah berapa banyak barang-barang yang tak mempan aku jaga. Bukan masalah
barangnya, tetapi masalah esensinya. Kalau aku menyesal karena dengan
kehilangan barang, maka aku harus bersusah payah lagi mengumpulkan uang untuk
mengganti barang itu dengan yang baru, aku takdapat pungkiri. Dan sudah pasti.
tapi perkaranya adalah, bagaimana jika barang tersebut merupakan amanat? Aku
bisa dibilang seorang pengkhiatan kalau begini.
Sudah tiga kali aku kehilangan
sebuah handphone bernama blackberry, dua kali di tahun 2012 dan kali ini di
2013. Aku berharap ini merupakan kehilanganku yang terakhir. Mungkin aku memang
tidak berjodoh dengan handphone merek ini, aku kurang beramal dan beribadah,
aku kurang hati-hati, dan aku tidak belajar dari pengalaman.
Setelah aku memberi tahu kalau
aku kehilangan handphone LAGI kepada teman sejawatku, semuanya hanya bisa
mengelus dada. Mungkin bosan mendengar kata kehilangan dari bibirku. Dan dengan
santai dan biasa mereka cuma bisa bilang “ikhlaskan saja, nanti kalau punya
uang jangan beli handphone merek itu lagi ya”.
Aku kemudian berkaca. Bisa saja
ini peringatan dari Tuhan kalau segala sesuatu yang ketergantungan itu dapat
membuat kita mabuk. Mabuk itu tidak baik dan dilarang agama. Aku mabuk kepayang
saat aku bisa bercanda membicarakan semua hal yang tidak jelas juntrungannya
saat berkomunikasi lewat bbm. Aku menggunakan fasilitas yang disebut bbm itu
sebagai ajang mengisi kekosongan hati, hingga aku lupa bahwa ada hal yang lebih
penting dilakukan selain duduk manis memegang handphone sambil senyum-senyum
sendiri. Mungkin bila ada orang yang lewat, aku bisa disangka gila, karena
menertawai benda berukuran kecil itu.
Aku memang bukan tipe orang yang
sanggup menyendiri dan diam tanpa melakukan apa-apa dalam tempo waktu yang
lama, jadi aku senang sekali punya aktifitas didunia maya. Salah satunya ya bbm
atau twitter. Di bbm aku bisa gonta ganti display picture atau personal message
dengan tujuan ingin pamer. Iya pamer, pamer itu mendekati sombong menurutku.
Kita pamer karena ada yang ingin kita banggakan di dalam diri kita dalam hidup
kita. Dan Tuhan tidak suka orang pamer. Pamer itu bentuk dari kesombongan,
meskipun dilakukan dengan begitu halus. Namun kontradiksinya hal seperti itu
wajar dilakukan di bbm atau twitter.
Aku terlalu larut bila sedang
bersama benda itu, dan kini aku begitu sedih saat tahu kalau ia sudah tidak
bersamaku lagi.
dengan begitu seringnya aku
kehilangan, maka Tuhan telah mengajariku untuk bisa ikhlas. Tuhan tahu aku kuat
sehingga Tuhan selalu yakin untuk terus memberi tes. Dan sebagai umatnya aku
harus yakin kalau aku bisa menata hatiku kembali seperti semula. Tanpa telepon
genggam dan semua akses maya diluar sana.
0 comments:
Posting Komentar