Akhirnya bisa melihat kamu lagi,
setelah sekian lama kita tidak berjumpa dan aku hanya mendengar cerita
kesibukanmu yang melamar kerja kesana kemari. Kita berpapasan di parkiran motor
kampus, kamu dengan kemeja biru muda dan celana bahan hitam tampak sangat rapi
ditambah dengan gaya rambutmu yang klimis. Tampilan seperti itu tidak layak
untuk hanya sekedar kekampus menurutku. Tapi yang penting aku bisa bertemu
denganmu.
Hari ini kampus begitu sepi,
karena angkatan bawah sedang melakukan studi keluar kota sehingga hanya
mahasiswa angkatan atas yang berkepentingan saja yang datang kekampus. Seperti biasa
aku selalu memulai aktifitas di dalam suatu ruang yang disebut ruang bem. Ternyata
di dalam ruang tersebut sudah ada dua orang temanku yang melakukan aktifitas
lain. Buat kami, melamun pun disebut sebuah aktifitas.
Kemudian kamu datang, seperti
biasanya kamu yang sangat begitu sanguinis selalu membuat pecah ruang bem saat
itu. Kamu dengan ketiga temanmu membicarakan semua hal. Aku yang Cuma berperan
sebagai pendengar ya Cuma bisa mendengar, karena untuk bisa mengerti percakapan
kalian aku harus banyak tanya. Dan tumbennya aku sedang tidak ingin banyak
tanya saat itu. Aku Cuma menikmati apa yang sedang aku lihat, aku dengar, dan
aku tebak. Kalau sudah begini kangenku jadi sedikit mereda.
Jadi yang aku sebut kamu adalah
seseorang yang telah lama sekedar aku kenal, tapi entah ada alasan apa, aku
jadi begitu antusias untuk lebih dalam mengenalnya. Mungkin karena dia pernah
memberiku buku, mentraktir sikat gigi, mengejekku yang seperti bukan perempuan,
atau malah karena dia pernah bilang tidak suka aku karena aku playgirl,
entahlah.
Buku yang pernah ia berikan itu
berjudul “aku lupa jika aku perempuan” dari judulnya saja ia seperti ingin
memberiku peringatan supaya aku ingat genderku. Padahal sebelumnya kami bicara
sampai pagi mengenai masalah ini, dan asal kamu tahu, aku masih ingat kok
dengan kodratku. Aku pun punya cita-cita yang lebih feminim dari tingkahmu. Aku
ingat saat kamu bilang kalau aku tidak bisa jalan selayaknya perempuan, bahkan
menurutmu sikap jalanku labih gagah dari laki-laki. Aku Cuma bisa tertawa,
mungkin aku harus meluruskan masalah ini dengan mengikuti tes kepribadian suatu
saat nanti. Kamu mengkritikku selalu, tapi aku anggap itu sebuah perhatian
walau kesannya malah jadi mengejek. Ah dasar kamu!
Disaat semua kembali sunyi. Kamu yang
selalu menyapaku tengah malam, saat semua orang terlelap tidur dan kamu malah
susah tidur. Aku tau kamu merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang
mengidap insomnia, jadi aktifitasmu kamu lakukan malam hari. Tapi anehnya aku
selalu welcome untuk terus menemanimu, walau kadang-kadang aku yang selalu
ditinggalkan kamu tidur ataupun sebaliknya. Biasanya saat-saat seperti ini kita
mendiskusikan berbagai hal. Dari sini aku mengenalmu. Menurutku disaat
seseorang mulai mengajak untuk berdiskusi artinya ada suatu keingintahuan dari
respon si lawan bicara. Bisa saja kamu sedang menilai aku. Dan saat terjadi
dialog diantara kita, kita bisa saling mengenal karakter satu sama lain lewat
argumen yang kita utarakan. Bukan begitu? Aku kira sudah banyak dialog yang
kita lewati setiap episodenya. Aku dan kamu, dialog dan respon.
Lalu mengapa kita jadi bisa
melakukan semua yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya? Apa ini karena waktu
dan kesempatan yang ada? Seperti kebersamaan kita yang terlampau lama saat
sedang diposisikan sebagai observer? Menurutku iya.
Aku dan kamu dilibatkan dalam
sebuah pekerjaan dan memakan waktu lama. Meskipun masing-masing dari kita
dipisahkan selama bertugas namun selalu ada waktu bersama. Kalau kamu masih
ingat, mungkin saat karantina pertama yang tujuannya membuat rencana harian
pengamatan. Dua hari kita berada dalam satu atap, aku melihat cara kamu
bekerja, makan, berbicara, bercanda, tertawa, dan mengungkapkan pendapat. Kemudian
saat keberangkatan menuju kalimantan timur. Aku ingat saat kamu memulai
pembicaraan mengenai laki-laki dan perempuan dalam mengutarakan perasaan. Saat itu
kita didalam mobil dan menunggu koordinasi dari koordinator kita di makorem
samarinda. Kebetulan kita berada pada tim dengan kabupaten yang sama, jadi mau
tidak mau harus terus berkoordinasi. Tiga hari di samarinda membuat penambahan
waktu untuk mengetahui karaktermu lagi. Kita terpisah sekitar 6 hari, tapi kamu
menyusul ke tempat aku bertugas, di sebatik. Dua hari di sebatik menambah tabungan
waktu untuk mengenalmu lagi. Kemudian kami menuju nunukan bersama-sama. Dua hari
di nunukan menambah lagi daftar waktu. Dan masih adalagi waktu hingga saat ini
untuk terus bisa mengenalmu. Mengenalmu sebagai teman kerja, teman cerita,
kakak senior, atau heeemmm...
Kali ini aku ingin membatasi hati
terlebih dahulu, aku mungkin bisa saja jatuh hati suatu saat nanti tapi ada beribu-ribu
alasan yang membuat aku harus berpikir panjang untuk menjalaninya. Lagipula akupun
tidak bisa membaca apa yang ada didalam otakmu. Aku tidak ingin menerka. Menerka
hanya akan membuat penyakit hati. Jadi aku akan berjalan saja, mengikuti ruas
jalan yang ada. menuju jalan yang tidak tau dimana ujungnya.
Oh iya kamu ulang tahun hari ini.
Selamat ulang tahun M.A.S
Semoga hari yang spesial ini bisa
menspesialkan orang yang spesial :)
Read More